Senin, 28 April 2014

Perdagangan Luar Negeri / Internasional


Perdagangan Luar Negeri (Internasional)
Setiap Negara memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara Negara satu dengan yagn lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kondisi perekonomian masing-masing Negara seperti : Sumber Daya Alam (SDA ), Sumber Daya Manusia (SDM ), tingkat tekhnologi, kelangkaan, dll. Kondisi ini dapat menimbulkan saling ketergantungan antar Negara satu dengan yang lainnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa maka terjadilah pertukaran barang dan jasa antar bangsa yang dikenal dengan istilah perdagangan internasional.
Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja, namun juga negara berkembang. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui kegiatan ekspor impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri. Adapun impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan melakukan perdagangan internasional melalui kegiatan ekspor impor, negara maju akan memperoleh bahan-bahan baku yang dibutuhkan industrinya sekaligus dapat menjual produknya ke negara-negara berkembang. Sementara itu, negara berkembang dapat mengekspor hasil-hasil produksi dalam negeri sehingga memperoleh devisa. Negara berkembang juga membutuhkan pinjaman dalam bentuk investasi dan modal yang dapat diperoleh dari negara-negara maju. Devisa dan pinjaman dalam bentuk investasi dan modal ini dapat digunakan negara berkembang untuk memajukan perekonomian dalam negerinya.
Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional merupakan proses pertukaran atau jual beli barang dan jasa antar Negara.
Ada 2 (dua) penggolongan perdagangan luar negeri yang di lakukan oleh Indonesia, yaitu :
1.    Perdagangan luar negeri secara Bilateral
Perdagangan ini dilakukan oleh Indonesia hanya dengan melibatkan satu negara sahabat, tidak melibatkan negara-negara lain di dunia. Namun, meskipun hanya dilakukan dengan satu negara, perdagangan ini juga tetap mematuhi aturan-aturan dan asas-asas yang ada pada pada perdagangan Internasional.
2.    Perdagangan luar negeri secara Multirateral
Tidak berbeda dengan konsep perdagangan luar negeri yang bersifat Bilateral, perdagangan luar negeri secara multirateral juga di lakukan guna pemenuhan segala kebutuhan hidup bangsa. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah atau banyaknya negara yang terlibat dalam siklus perdagangannya, pada prinsipnya perdagangan luar negeri multirateral melibatkan Indonesia dengan lebih dari satu negara sahabat
Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional terjadi karena adanya :
1.      Perbedaan SDA
2.      Perbedaan factor produksi
3.      Perbedaan kemampuan produksi
4.      Motif keuntungan dalam perdagangan
5.      Persaingan penguasa antar bangsa.
Manfaat perdagangan internasional
1.      Memperoleh barang yang tersedia di dalam negeri
2.      Meningkatkan efisiensi dan produktifitas
3.      Menambah devisa Negara
4.      Memperoleh manfaat adanya spesialisasi
5.      Memperluas daerah pemasaran
Keunggulan Absolut dan Keunggulan Advantage Dalam Perekonomian Indonesia
Pada tahun 1776 ADAM SMITH dalam bukunya yang berjudul: in inguiry into The nature and causes of The Wealth of Nation. Dengan adanya perdagangan internasional, suatu negara hanya akan memproduksi satu atau beberapa barang saja dengan biaya produksi yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebt akan mengimpor barang-barang lain dengan harga yang lebih murah daripada memproduksi sendiri. Dengan cara ini negara-negara yang mengadakan hubungan perdagangan internasional dapat memperoleh keuntungan.
Adapun macam-macam keuntungan antara lain:
1.      Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage) dari Adam Smith
Keunggulan absolute adalah keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat suatu barang. Menurut adam smith keunggulan absolut terjadi karena pembagian kerja internasional dan spesialisasi produksi. Oleh karenanya produsen dapat menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan Negara lain.
Menurut teori ini perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan terjadi jika masing-masing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi brang tertentu. Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara tersebut mengeskspor barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor barang yang mempunyai kerugian mutlak ( Absolute Disadvantage)
2.      Kenutungan Komperative ( Comverative Advantage)
 Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu Negara karena dapat memproduksi barang yang relative lebih murah dibanding Negara lain.
Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan mutlak, dan memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara mempunyai keunggulan komperative dibandingkan dengan negara lain.
Hambataan Perdagangan Internasional
·         Perbedaan mata uang antarnegara
·         Kualitas sumber daya yang rendah
·         Pembayaran antarnegara sulit dan risikonya besar
·         Adanya kebijaksanaan impor dari suatu negara
·         Terjadinya perang
·         Adanya organisasi-organisasi ekonomi regional
Teori Perdagangan Internasional
1.      Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.
2.      Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal.
3.      Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
4.      Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar